Mengapa Perubahan Cuaca Menyebabkan Mudah Sakit?

Mengapa Perubahan Cuaca Menyebabkan Mudah Sakit?
Ilustrasi sakit saat perubahan cuaca. Credits: Freepik

Bagikan :


Akhir-akhir ini, banyak wilayah di Indonesia yang dilanda perubahan cuaca ekstrem. Cuaca menjadi tidak menentu dengan kondisi panas yang tiba-tiba diikuti oleh hujan deras.

Perubahan cuaca ekstrem ini dapat berdampak pada kesehatan. Misalnya, cuaca yang lebih hangat dan lembap dapat meningkatkan populasi vektor penyakit seperti nyamuk yang membawa virus demam berdarah, malaria, dan zika. Perubahan suhu drastis juga dapat memicu infeksi saluran pernapasan, terutama daerah yang mengalami peralihan musim antara kemarau dan hujan.

 

Mengapa Perubahan Cuaca Menyebabkan Mudah Sakit?

Banyak orang merasa lebih mudah sakit saat cuaca berubah-ubah. Fenomena ini bukan hanya mitos. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan tubuh lebih mudah sakit akibat perubahan cuaca, di antaranya:

Penurunan suhu dan sistem kekebalan tubuh

Saat memasuki musim hujan, tubuh cenderung mengalami penurunan suhu inti. Perubahan suhu ini dapat menyebabkan respons fisiologis dalam tubuh yang berpengaruh pada sistem kekebalan.

Saat suhu tubuh menurun, sistem kekebalan tubuh mungkin tidak bekerja seefektif biasanya dalam melawan virus atau bakteri. Ini menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap infeksi.

Selain itu, udara yang dingin juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah di saluran pernapasan. Ini mengakibatkan aliran darah yang membawa sel-sel kekebalan tubuh ke area tersebut menjadi berkurang. Kondisi ini memudahkan virus seperti influenza menyerang tubuh.

Baca Juga: Risiko Kesehatan yang Meningkat saat Cuaca Panas

Kelembapan udara berubah

Perubahan cuaca sering diiringi dengan perubahan tingkat kelembapan udara. Dengan kelembapan yang rendah, lapisan lendir di saluran pernapasan akan mengering.

Lapisan lendir ini berfungsi sebagai pelindung pertama tubuh terhadap patogen. Apabila lendir mengering, maka kemampuannya dalam menangkap mikroorganisme berbahaya menjadi berkurang sehingga virus dan bakteri lebih mudah masuk ke dalam tubuh.

Sebaliknya, kelembapan tinggi juga memengaruhi kesehatan terutama mereka yang memiliki alergi dan asma. Udara yang lembap mendukung pertumbuhan jamur dan penyebaran alergen yang akan memicu gejala alergi dan infeksi saluran pernapasan.

Aktivitas dalam ruangan yang meningkat

Saat cuaca dingin, orang cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan. Akibatnya, risiko penularan penyakit akan meningkat terutama bila udara yang bersirkulasi di dalam ruangan terbatas.

Fluktuasi suhu mendadak

Perubahan suhu mendadak seperti saat berpindah dari ruangan ber-AC ke udara panas di luar ruangan dapat menyebabkan stres pada tubuh. Stres dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi lebih mudah terinfeksi virus atau bakteri.

Kurangnya paparan sinar matahari

Saat cuaca mendung, paparan sinar matahari berkurang. Sinar matahari membantu tubuh memproduksi vitamin D yang berperan dalam fungsi kekebalan tubuh. Kekurangan vitamin D dapat melemahkan sistem kekebalan dan meningkatkan risiko terkena infeksi.

Baca Juga: Cara Mencegah Sakit Karena Perubahan Cuaca

Adaptasi tubuh terhadap perubahan cuaca

Tubuh memerlukan waktu beradaptasi terhadap perubahan cuaca. Namun, jika perubahan terjadi secara tiba-tiba, tubuh akan mengalami stres fisiologis. Ini mengakibatkan terganggunya fungsi kekebalan tubuh.

 

Untuk mengurangi risiko kesehatan saat perubahan cuaca, penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh melalui pola makan yang seimbang dan bergizi, menjaga kebersihan, serta tetap aktif bergerak.

Paparan sinar matahari yang cukup juga berperan dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, luangkan waktu setiap hari untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup, sehingga tubuh dapat berfungsi dengan optimal dalam menghadapi perubahan cuaca.

Memiliki pertanyaan terkait dengan gejala yang dirasakan selama perubahan cuaca? Anda bisa memanfaatkan layanan konsultasi kesehatan Ai Care dengan mengunduhnya melalui App Store atau Play Store.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainya? Cek di sini, yah!

Writer : Agatha Writer
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Senin, 21 Oktober 2024 | 13:05